Senin, 29 November 2010

Mulai Belajar dari Stories Photo

      Foto itu lebih mampu bercerita. Hal ini sering kita dengar, dimana sebuah foto mampu menularkan ‘rasa’ pada penikmatnya, baik itu disajikan dalam bentuk foto tunggal maupun foto series. Hanya saja foto tunggal memiliki keterbatasan dalam bercerita karena tidak dapat maksimal dalam memberi gambaran secara detail tentang kehidupan yang ada didalam foto tersebut. Dalam dunia fotografi dikenal oleh stories photo dan essay, dan pada kesempatan ini kita akan membahas mengenai stories photo.
Stories photo merupakan rangkaian dari beberapa foto (lebih dari 2 foto)yang menceritakan suatu hal, tokoh, atau suattu tempat. Ciri-ciri dari stories photo antara lain adalah, bersifat deskriptif, kita bercerita sesuai apa yang kita lihat, tanpa memasukkan apapun opini kita, cerita yang diangkat relatif ringan, waktu pengerjaannya pun relatif lebih singkat, dan penggalian data yang kita lakukan menyesuaikan dengan kebutuhan cerita yang akan kita angkat.
Bagi yang baru pertama kali membuat stories photo mungkin akan merasa kebingungan untuk mengangkat atau menyampaikan cerita apa, harus memulai nya dari mana, dan bagaimana caranya. Idealnya ada tiga tahap yang perlu kita lakukan dalam membuat stories photo, yaitu persiapan, pemotretan, dan penyajian.
Pada tahap persiapan, hal yang kita lakukan adalah menetukan cerita apa yang ingin angkat, cerita tentang manusia biasanya lebih mudah untuk dieksplorasi, karena lekat sekali dengan kehidupan kita. Stories photo tentang manusia biasanya dibagi menjadi tiga kategori :
  1. Orang terkenal, tokoh masyarakat, artis.
  2. Tidak terkenal tetapi menarik untuk dijadikan cerita, misalnya seniman, guru teladan, dll.
  3. Tidak terkenal, tetapi mewakili sebuah tren dalam masyarakat, misalnya wanita karir, birokrat, aktivis, dll.
Setelah menentukan tema, lanjutkan dengan menggali segala informasi mengenai cerita tersebut, membuat kerangka cerita yang igin kita kemas dalam stories photo, dan mempersiapkan segala sesuatu yang kita perlukan di lapangan saat pemotretan.
Setelah tahap persiapan selesai, tahap pemotretan bisa pun bisa dilaksanakan, ada baiknya jika kita melakukan pendekatan terlebih dahulu dengan tokoh yang akan kita ceritakan, hal ini dilakukan agar foto yang kita ambil terkesan lebih natural. Hal yang perlu kita perhatikan saat memotret stories photo adalah adanya konsistensi visual. Konsistensi visual bisa kita peroleh dengan menampilkan sesuatu yang selalu ada pada setiap foto. sesuatu tersebut bisa tokoh, objek, nuansa atau teknik khusus saat pemotretan. Konsistensi visual ini diperlukan agar penikmat foto kita dapat menangkap benang merah dari stories photo yang kita buat.
Yang terakhir adalah tahap penyajian, setelah memotret. Dalam menyajikan stories photo, foto yang kita ambil harus diatur dengan alur yang semenarik agar stories photo kita lebih mudah dipahami. Setelah foto disusun dengan alur yang telah kita tentukan, selanjutnya kita perlu melengkapi stories photo kita dengan teks atau captiion. Teks atau caption berfungsi untuk mengkerucutkan stories photo kita, hal ini berfungsi untuk mencegah terjadinya missinterpretasi oleh penikmat stories photo kita. Untuk selanjutnya mintalah orang-orang yang sudah berpengalaman membuat stories photo untuk mengomentari karya kita, agar kita tahu apa kelebihan dan kelemahan dari stories photo kita, shingga kita dapat melakukan revisi. Setelah itu stories photo kita siap dipamerkan. Selamat mencoba. By :Mar'atush & Kheyene



Tidak ada komentar:

Posting Komentar