Senin, 29 November 2010

Cerita Dibalik Kesemerawutan Pasar Pagi Kebalen

           Disaat penduduk kota  Malang sedang terlelap dalam tidurnya, hal yang sebaliknya justru terjadi di sepanjang  Jl. Zaenal Zakse Klojen, Malang. Menjelang shubuh, aktivitas para pedagang yang sedang mengais rezeki, sudah mulai terlihat di sepanjang jalan ini, tepatnya di Pasar Pagi Kebalen dan baru.
Pasar Pagi Kebalen berada sekitar 500 meter dari arah Pasar Besar Malang. Pasar yang berdiri sejak tahun 1979 ini memiliki luas 1.313 m2 yang terdiri dari 63 buah bedak atau kios yang menjadi sumber penghidupan bagi 1.654 pedagang. Lantai pertama diisi oleh pedagang sayur dan ikan, sedangkan lantai dua diisi oleh pedagang pakaian
           Selayaknya pasar-pasar tradisional pada umumnya, pasar ini juga memiliki pemandangan yang kumuh, becek, semrawut, dan beraroma busuk. Jika kita masuk di bagian dalam pasar ini, kita tidak akan menemukan pemandangan yang berdesak-desakan seperti yang terlihat di luar, bagian dalam pasar ini cukup lenggang daripada bagian luar. Hal ini dikarenakan tidak berimbangnya antara kapasitas bedak dengan jumlah pedagang yang ada. Selain itu sebagian besar pedagang beranggapan jika mereka berjualan diluar, mereka akan lebih mudah mendapatkan pelanggan. Hal ini menjadikan pasar Kebalen semakin semerawut, dan tidak jarang sering mengakibatkan kemacetan disepanjang jalan Zaenal Zakse, karena separuh dari jalan tersebut dipakai oleh para pedagang.
           Kesemerawutan ini bukanlah masalah yang tak pernah menjadi perhatian. Pemerintah sebenarnya sudah menyediakan tempat relokasi bagi pedagang Pasar Kebalen, tepatnya di desa Kedung Kandang, akan tetapi para pedagang merasa tempat yang disediakan oleh pemerintah tidak strategis untuk dijadikan pasar, sehingga mereka lebih memilih untuk kembali ke Jalan Zaenal Zakse lagi.
Jika melihat adanya kesemerawutan ini, bisa jadi masyarakat akan beralih supermarket atau hypermarket yang notabenenya lebih modern, lebih bersih, lebih nyaman, dan harganya pun tidak jauh berbeda  dibandingkan pasar tradisional. Jika sudah terjadi seperti ini maka, pedagang pasar kebalen akan kehilangan para pelanggannya yang akan berimbas pada hilangnya mata pencaharian utama bagi para pedagang, dan berujung pada bertambahnya pengangguran di negara ini.
          Cerita dibalik kesemerawutan ini cukup menarik jika kita angkat menjadi foto stories atau foto bercerita. Ada banyak hal yang bisa kita angkat dari pasar kebalen. Misalnya saja kita bisa membuat essai foto tentang masa depan pasar tradisional ditengah maraknya kemunculan supermarket dan hypermarket. Atau kita bisa juga mengangkat tentang cerita sosok pedagang yang harus berjuang mengais rezeki di dalam lingkungan kumuh yang tidak baik untuk kesehatannya.
        Apa pun cerita yang ingin kita angkat dari Pasar Kebalen, hal yang perlu diperhatikan adalah penggalian informasi dan pendekatan terhadap objek yang ingin kita angkat. Dua hal tersebutlah yang akan membantu kita untuk membuat foto stories yang dramatis, seingga pesan yang ingin kita sampaikan ditangkap dengan baik oleh penikmat foto kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar